Teroris Imam Samudra Didanai dari Aksi Hacking

Standard

Ilustrasi (Ist.)

Jakarta – Kelompok teroris memiliki beragam cara untuk penggalangan dana demi menyokong kegiatan teror. Dana itu didapatkan mulai dari perampokan sampai dengan hacking komputer seperti yang dilakukan RG, salah satu jaringan bom Solo.

Sebenarnya, aksi kejahatan kelompok teror tersebut sudah mulai dilakukan kelompok Imam Samudra dalam menjalankan teror bom Bali 1.

“Imam Samudra pernah melakukan kegiatan membobol rekening nasabah dengan pola hacking,” kata Direktur Penindakan BNN, Brigjen Polisi Benny Mamoto, saat berbincang dengan detikcom, Selasa (26/6/2012) dini hari.

Aksi kejahatan Imam dan kawan-kawan tersebut bertujuan untuk membiayai aksi terornya di Indonesia. Mereka, kata Benny, membeli kebutuhan-kebutuhan eksekusi lapangan dari hasil hacking.

“Artinya, mereka ini sudah berpikir canggih dengan memanfaatkan kemampuan IT yang dimilikinya,” terang Benny yang pernah terlibat dalam pemeriksaan tahanan-tahanan teroris di Afghanistan ini.

 

Perwira tinggi polisi yang pernah mewawancarai otak di balik otak Bom Bali 1 ini menjelaskan, meski kegiatan hacking yang dilakukan kelompok Imam Samudra tidak sebesar jaringan Solo, namun apa yang mereka belanjakan tersebut cukup membantu aksi teror yang sudah direncanakan.

“Setelah mendapatkan hasil dari hacking, mereka langsung belanjakan kebutuhan surveillance (pemantauan objek),” terang doktor yang juga dosen kriminologi di UI ini.

Lebih lanjut Benny mengatakan, dengan kemampuan menguasai teknologi kelompok Imam Samudra leluasa berkomunikasi dengan kelompok teror yang berada di luar negeri. Bahkan, kata Benny, saat berada di dalam penjara mereka masih bisa berkomunikasi melalui internet.

Diketahui, aksi cybercrime menjadi modus baru kelompok teroris mendanai aksinya. Seperti dilakukan RG yang ditangkap Densus 88. Ahli IT ini membobol situs forex trading dan uang ratusan juta yang diperolehnya, di antaranya untuk membiayai pelatihan teroris di Poso dan membeli senjata api.

“Yang bersangkutan memberikan dukungan Rp 667 juta untuk pelatihan paramiliter di Poso,” ungkap Kabag Penum Polri, Kombes Boy Rafli Amar, di Jakarta, Jumat (22/6).

Selain itu, RG yang ditahan sejak Mei lalu diketahui juga memberikan sokongan dana untuk pembelian senjata bagi kelompok teroris sebesar Rp 200 juta. Namun temuan ini masih diperlukan pendalaman lebih lanjut.

Leave a comment